Aceh Besar, sebuah kabupaten di Provinsi Aceh, memiliki kekayaan budaya yang luar biasa, termasuk rumah adatnya. Rumah adat Aceh Besar, yang sering disebut “Rumoh Aceh,” adalah simbol kearifan lokal dan identitas budaya masyarakat Aceh. Artikel ini akan membahas karakteristik, fungsi, dan nilai budaya yang terkandung dalam rumah adat Aceh Besar.

Rumah adat Aceh Besar, seperti rumah adat Aceh pada umumnya, memiliki sejarah panjang yang berkaitan dengan perkembangan sosial dan budaya masyarakat Aceh. Rumah ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai dan filosofi hidup masyarakat setempat. Bentuk dan struktur rumah adat Aceh Besar dirancang untuk beradaptasi dengan kondisi geografis dan iklim setempat, serta mencerminkan harmoni antara manusia dan alam.

Dikunjungi RRI, rumah adat Kabupaten Aceh Besar yang berada anjungan Kabupaten Aceh Besar Pekan Kebudayaan Aceh di Taman Sulthanah Safiatuddin Banda Aceh, rumah adat ini terlihat begitu mewah dan megah. Tiang-tiang pada bagian bawah begitu kokoh. Ada beberapa tiang penyangga yang menjulang tinggi.

Pada bagian bawah samping, juga terdapat tangga untuk akses masuk ke dalam rumah yang merupakan ciri khas dari rumah adat Aceh Besar. Di bagian dalam rumah juga terdapat beberapa ruangan. Rumah adat kabupaten Aceh Besar memiliki ciri khas warna coklat dengan kontruksi kayu pilihan dan ukiran khas Aceh. Jika ingin melihat bentuk asli rumah adat Aceh Besar, masih bisa dijumpai di wilayah Lubok, Kecamatan Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar.

Rumah adat Aceh Besar memiliki beberapa ciri khas arsitektur yang membedakannya dari rumah adat lainnya.  Rumah adat Aceh Besar dibangun di atas tiang-tiang kayu tinggi, sehingga berbentuk rumah panggung. Struktur ini tidak hanya melindungi dari banjir dan binatang buas, tetapi juga membantu menjaga sirkulasi udara sehingga rumah tetap sejuk.

Atap rumah adat Aceh Besar berbentuk lancip dengan kemiringan yang curam, biasanya terbuat dari daun rumbia atau ijuk. Bentuk atap ini efektif untuk mengalirkan air hujan dengan cepat, mencegah kebocoran, dan menjaga rumah tetap kering. Sementara material utama yang digunakan dalam pembangunan rumah adat ini adalah kayu, terutama kayu keras seperti ulin atau kayu merbau. Kayu dipilih karena kekuatannya dan ketahanannya terhadap cuaca tropis yang lembap.

Rumah adat Aceh Besar sering dihiasi dengan ukiran dan ornamen yang indah, terutama pada bagian pintu, jendela, dan tiang rumah. Motif ukiran biasanya berupa motif flora, fauna, dan geometris yang memiliki makna simbolis, seperti keberanian, kesuburan, dan perlindungan.

Tata ruang rumah adat Aceh Besar dirancang untuk memenuhi kebutuhan fungsional dan sosial penghuninya, diantaranya Seuramoe Keue (Serambi Depan). Serambi depan berfungsi sebagai tempat menerima tamu dan berinteraksi sosial. Serambi ini biasanya terbuka dan luas, memberikan ruang untuk kegiatan sehari-hari dan acara adat.

Kemudiam ruang tengah yang berfungsi sebagai pusat aktivitas keluarga, tempat berkumpulnya anggota keluarga untuk makan dan beristirahat. Ruangan ini juga sering digunakan untuk menyimpan barang-barang berharga dan perlengkapan rumah tangga. Seuramoe Likot (Serambi Belakang) Serambi belakang digunakan untuk kegiatan domestik seperti memasak dan mencuci. Ruangan ini biasanya lebih tertutup untuk menjaga privasi penghuni rumah. Anjong (Kamar Tidur). Kamar tidur terletak di bagian dalam rumah, memberikan privasi bagi anggota keluarga. Kamar tidur biasanya dibagi berdasarkan jenis kelamin dan usia penghuni.

Rumah adat Aceh Besar tidak hanya memiliki nilai arsitektur yang tinggi, tetapi juga mengandung nilai-nilai budaya dan sosial yang penting. Desain rumah adat yang mempertimbangkan kondisi alam dan iklim menunjukkan kearifan lokal masyarakat Aceh Besar dalam beradaptasi dengan lingkungan mereka.

Penggunaan bahan alami dan teknik konstruksi tradisional mencerminkan kepedulian terhadap keberlanjutan dan lingkungan. Proses pembangunan rumah adat melibatkan gotong royong seluruh anggota komunitas. Tradisi ini memperkuat hubungan sosial dan rasa kebersamaan di antara masyarakat.

Meskipun memiliki nilai sejarah dan budaya yang tinggi, rumah adat Aceh Besar menghadapi berbagai tantangan, seperti perubahan gaya hidup, urbanisasi, dan modernisasi. Upaya pelestarian perlu dilakukan untuk menjaga keberlanjutan rumah adat ini, baik melalui restorasi, penelitian, maupun pendidikan kepada generasi muda tentang pentingnya warisan budaya ini.